Keutamaan dan tanda malam lailatul qadar

by

helmy

malam lailatul qadar 20180603 164214 Keutamaan dan tanda malam lailatul qadar

Keutamaan Lailatul Qadar 

1. Lailatul qadar adalah malam yang penuh keberkahan (bertambahnya kebaikan). Allah Ta’ala berfirman,
إِناَّ أنَْلْ نْفْ زَناَه ُفِ ليَْلَ ٍمُبَارَكَةٍ إِناَّ كُناَّ مُذِرِينَ  “فِيَا يُرَقُ كُلُّ أمَْرٍ حَكِيٍ
“Sesungguhnya Kami menurunkannya (Al Qur’an) pada suatu malam yang diberkahi. dan sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan. Pada malam itu dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah.” (QS. Ad Dukhan: 3-4). 
Malam  yang  diberkahi  dalam  ayat  di  atas  adalah  malam  lailatul qadar sebagaimana ditafsirkan pada surat Al Qadar di mana Allah Ta’ala berfirman,
إِناَّ أنَْلْ فِ ليَْلَ ِالقَْدْ زَناَهُرِ
“Sesungguhnya  Kami  telah  menurunkannya  (Al  Quran)  pada  malam kemuliaan.” (QS. Al Qadar: 1)
Keberkahan dan kemuliaan yang dimaksud disebutkan dalam ayat selanjutnya,
 ليَْ لَ اُلقْ َدْ رِ خَيْ  مٌ ِنْ  ألَْ فِ شَهْ رٍ  ت” نَزَّلَُ الْ ا بإِِذْ لَم ٌْْْ بر نيف حوس ” رمأ لك نم مرلاو ةكئ لمٍََََََََُُُُِِِِِِِّّّ طْلَعِ الفَْجْ ر هِيَ حَتَّى مَ
“Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar.” (QS. Al Qadar: 3-5). 
Sebagaimana kata Abu Hurairah, malaikat akan turun pada malam lailatul  qadar  dengan  jumlah  tak  terhingga. Malaikat  akan  turun membawa kebaikan dan keberkahan sampai terbitnya waktu fajar. 
2.  Lailatul qadar lebih baik dari 1000 bulan. 
An Nakho’i mengatakan, “Amalan di lailatul qadar lebih baik dari amalan di 1000 bulan.” 
Mujahid,  Qotadah  dan  ulama  lainnya  berpendapat  bahwa  yang dimaksud dengan lebih baik dari seribu bulan adalah shalat dan amalan pada lailatul qadar lebih baik dari shalat dan puasa di 1000 bulan yang tidak terdapat lailatul qadar. 
3.  Menghidupkan  lailatul  qadar  dengan  shalat  akan  mendapatkan pengampunan dosa. 
Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
“Barangsiapa melaksanakan shalat pada malam lailatul qadar karena iman dan mengharap pahala dari Allah, maka dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni.” 

Kapan Lailatul Qadar Terjadi?

Lailatul Qadar itu terjadi pada sepuluh malam terakhir di bulan Ramadhan sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Carilah lailatul qadar pada sepuluh malam terakhir dari bulan Ramadhan.” 
Terjadinya lailatul qadar di malam-malam ganjil lebih memungkinkan daripada malam-malam genap, sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa  sallam,  “Carilah  lailatul  qadar  di  malam  ganjil  dari  sepuluh  malam terakhir di bulan Ramadhan.” 

Kapan tanggal pasti lailatul qadar terjadi? 

Ibnu Hajar Al Asqolani rahimahullah telah menyebutkan empat puluhan pendapat ulama dalam masalah ini. 
Namun pendapat yang paling kuat dari berbagai pendapat yang ada adalah lailatul qadar itu terjadi pada malam ganjil dari sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan dan waktunya berpindah-pindah dari tahun ke tahun

Para  ulama  mengatakan  bahwa  hikmah  Allah  menyembunyikan pengetahuan tanggal pasti terjadinya lailatul qadar adalah agar orang bersemangat  untuk  mencarinya.  Hal  ini  berbeda  jika  lailatul  qadar sudah ditentukan tanggal pastinya, justru nanti malah orang-orang akan bermalas-malasan.

Do’a pada Malam Lailatul Qadar

Sangat  dianjurkan  untuk  memperbanyak  do’a  pada  lailatul  qadar, lebih-lebih  do’a  yang  dianjurkan  oleh  Nabi  Muhammad  shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagaimana terdapat dalam hadits dari Aisyah. 
Beliau radhiyallahu ‘anha berkata,
قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَرَأَيْتَ إِنْ عَلِمْتُ أَىُّ لَيْلَةٍ لَيْلَةُ الْقَدْرِ مَا أَقُولُ فِيهَا قَالَ « قُولِى اللَّهُمَّ إِنَّكَ عَفُوٌّ تُحِبُّ الْعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّى 
”Wahai Rasulullah, apa pendapatmu jika aku mengetahui suatu malam adalah lailatul qadar. Apa yang mesti aku ucapkan saat itu?” Beliau menjawab, ”Katakanlah: ‘Allahumma innaka ‘afuwwun tuhibbul ‘afwa fa’fu anni’ 
(Ya Allah sesungguhnya Engkau Maha Pemaaf yang menyukai permintaan maaf, maafkanlah aku).”

Tanda Datangnya Lailatul Qadar

Ibnu Hajar Al Asqolani berkata, 
وَقَدْ وَرَدَ لِلَيْلَةِ الْقَدْرِ عَلَامَاتٌ أَكْثَرُهَا لَا تَظْهَرُ إِلَّا بَعْدَ أَنْ تَمْضِي 
“Ada beberapa dalil yang membicarakan tanda-tanda lailatul qadar, namun  itu  semua  tidaklah  nampak  kecuali  setelah  malam  tersebut berlalu.” 
Di antara yang menjadi dalil perkataan beliau di atas adalah hadits dari Ubay bin Ka’ab, ia berkata, 
” Malam itu adalah malam yang cerah yaitu malam ke dua puluh tujuh dari bulan ramadhan. Dan tanda-tandanya ialah pada pagi harinya matahari terbit berwarna putih tanpa memancarkan sinar ke segala penjuru.” (HR. Muslim no. 762).
Dari Ibnu Abbas, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لَيْلَةُ القَدَرِ لَيْلَةٌ سَمْحَةٌ طَلَقَةٌ لَا حَارَةً وَلَا بَارِدَةً تُصْبِحُ الشَمْسُ صَبِيْحَتُهَا ضَعِيْفَةٌ حَمْرَاء
“Lailatul qadar adalah malam yang penuh kemudahan dan kebaikan, tidak begitu panas, juga tidak begitu dingin, pada pagi hari matahari bersinar tidak begitu cerah dan nampak kemerah-merahan.” (HR. Ath Thoyalisi dan Al Baihaqi dalam Syu’abul Iman, lihat Jaami’ul Ahadits 18: 361. 
Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih. Lihat Shahihul Jaami’ no. 5475.)
Jika demikian, maka tidak perlu mencari-cari tanda lailatul qadar karena kebanyakan tanda yang ada muncul setelah malam itu terjadi. Yang mesti dilakukan adalah memperbanyak ibadah di sepuluh hari terakhir Ramadhan, niscaya akan mendapati malam penuh kemuliaan tersebut.

Bagaimana Seorang Muslim Menghidupkan Malam Lailatul Qadar?

Sudah sepantasnya seorang muslim lebih giat beribadah ketika itu dengan dasar iman dan tamak akan pahala melimpah di sisi Allah. Seharusnya dia dapat mencontoh Nabinya shallallahu ‘alaihi wa sallam yang giat ibadah pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan. Beliau seperti itu karena demi meraih malam yang mulia, lailatul qadar. 
‘Aisyah menceritakan, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sangat bersungguh-sungguh pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan melebihi kesungguhan beliau di waktu yang lainnya.”
‘Aisyah mengatakan, “Apabila Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memasuki sepuluh hari terakhir (bulan Ramadhan), beliau mengencangkan sarungnya (untuk menjauhi para istri beliau dari berjima’), menghidupkan malam-malam tersebut dan membangunkan keluarganya.”
Sufyan Ats Tsauri mengatakan, “Aku sangat senang jika memasuki sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan untuk bertahajud di malam hari dan  giat  ibadah  pada  malam-malam  tersebut.”  Sufyan  pun  mengajak keluarga  dan  anak-anaknya  untuk  melaksanakan  shalat  jika  mereka mampu. 
Adapun  yang  dimaksudkan  dengan  menghidupkan  lailatul  qadar adalah menghidupkan mayoritas malam dengan ibadah dan tidak mesti seluruh  malam.  
Bahkan  Imam  Asy  Syafi’i  dalam  pendapat  yang  dulu mengatakan,  “Barangsiapa  yang  mengerjakan  shalat  Isya’  dan  shalat Shubuh di malam qadar, ia berarti telah dinilai menghidupkan malam tersebut”. 
Menghidupkan  malam  lailatul  qadar  pun  bukan  hanya dengan shalat, bisa pula dengan dzikir dan tilawah Al Qur’an. Namun amalan shalat lebih utama dari amalan lainnya di malam lailatul qadar 
berdasarkan hadits, 
“Barangsiapa melaksanakan shalat pada malam lailatul qadar karena iman dan mengharap pahala dari Allah, maka dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni.” 

Bagaimana Wanita Haidh Menghidupkan Malam Lailatul Qadar?

Juwaibir pernah mengatakan bahwa dia pernah bertanya pada Adh Dhohak, “Bagaimana  pendapatmu  dengan  wanita  nifas,  haidh,  musafir  dan  orang yang tidur (namun hatinya tidak lalai dalam dzikir), apakah mereka bisa mendapatkan  bagian  dari  lailatul  qadar?”  
Adh  Dhohak  pun  menjawab, 
“Iya, mereka tetap bisa mendapatkan bagian. Siapa saja yang Allah terima amalannya, dia akan mendapatkan bagian malam tersebut.”
Dari sini menunjukkan bahwa wanita haidh, nifas dan musafir tetap bisa mendapatkan bagian lailatul qadar. 
Namun karena wanita haidh dan nifas tidak boleh melaksanakan shalat ketika kondisi seperti itu, maka dia boleh melakukan amalan ketaatan lainnya. Yang dapat wanita haidh lakukan ketika itu adalah membaca Al Qur’an tanpa menyentuh mushaf ,memperbanyak dzikir, memperbanyak istighfar dan memperbanyak do’a.

Baca juga : Amalan untuk mendapatkan lailatul qadar

Related Post