Pembangkit Listrik Mikro Hidro Sampai Teknologi Sumur, Ini Daftar TTG Untuk Desa

by

helmy

Blog Orang IT – Teknologi Tepat Guna (TTG) merupakan istilah untuk menggambarkan terobosan teknologi yang penggunaannya tepat untuk memenuhi kebutuhan, khususnya di masyarakat desa.

Dengan mata pencaharian sebagian besar sebagai petani, sektor ini dan pernak-perniknya perlu mendapat perhatian khusus, terutama dari pemerintah yang memiliki dinas terkait untuk pembangunan.

Pembangkit Listrik Mikro Hidro

Beruntung sekarang pembangunan sudah lebih difokuskan untuk kemajuan desa, karena cita-cita pemerintah adalah memajukan bangsa diawali dari daerah pinggiran. Cukup banyak inovasi teknololgi yang sudah diterapkan, dan semuanya demi kemajuan desa supaya makin sejajar dengan kota besar.

Ujung-ujungnya pemerataan pembangunan dengan kota akan menjadi kenyataan, dan cita-cita bangsa yang adil dan makmur akan terwujud.

Berikut ini beberapa inovasi teknologi tepat guna yang diperuntukkan desa maupun kelurahan, dan inovasi yang sudah ada bisa diterapkan di tempat lain sesuai kebutuhan dan karakteristik daerahnya:

1. Pembangkit Listrik Mikro Hidro

Akses masyarakat di desa dan daerah terluar Indonesia di pelosok, seringkali tidak tersentuh kemajuan pembangunan. Jangankan teknologi seluler dan internet, akses listrik saja masih banyak yang belum mendapatkan, meski jumlahnya terus berkurang seiring semakin meratanya pembangunan.

Pembangkit listrik mikro hidro jadi solusi untuk wilayah yang belum terjangkau aliran listrik. Dengan begitu, masyarakat bisa menikmati kemajuan yang sudah dirasakan di kota besar.

Dengan memanfaatkan aliran sungai yang memiliki aliran dan debit yang lumayan besar, inovasi membuat pembangkit listrik tenaga air (PLTA) dan juga mikrohidro, bisa diterapkan aplikasinya untuk memberi penerangan dan kebutuhan listrik masyarakat.

Yang membedakan antara PLTA dan pembangkit listrik mikrohidro adalah pada besaran tenaga listrik yang keluar. Untuk kawasan pedesaan, tidak perlu aliran listrik yang sangat besar seperti di kota, sehingga pembangkit listrik yang dibuat juga tidak perlu besar, karena memanfaatkan debit aliran sungai di desa.

Dengan prinsip kerja menggunakan turbin yang memanfaatkan gerakan aliran air sungai, pembangkit listrik tenaga mikrohidro menjadi solusi pengadaan listrik terutama di malam hari untuk warga desa.

Contoh desa yang awalnya memanfaatkan pembangkit listrik tenaga mikrohidro adalah di Batanguru, Mamasa, Sulawesi Barat. Dengan inovasi sederhana yang mampu memanfaatkan aliran sungai, terciptalah pembangkit yang bisa mengalirkan listrik ke warga desa Batanguru.

Sekarang bahkan desa-desa lain seperti di daerah Sulawesi lainnya, dan bahkan Nusa Tenggara Timur, juga memanfaatkan pembangkit listrik tenaga mikrohidro untuk menerangi wilayah di sana.

Desa yang dulunya identik dengan kegelapan di malam hari, kini perlahan mulai sirna dengan masuknya teknologi tepat guna untuk warga masyarakat.

2. Pipanisasi Air Bersih

Sebagian wilayah desa di Indonesia masih terkendala pengadaan air bersih, karena masyarakat lebih banyak mengandalkan sumur yang digunakan untuk berbagai keperluan.

Bahkan seringkali untuk bisa mendapat akses air bersih, masyarakat harus berjalan jauh, dengan rintangan naik turun bukit, belum lagi akses jalan yang masih sulit dilalui dengan berjalan kaki sekalipun.

Jauhnya sumber air, membuat masyarakat desa sering harus berjuang keras untuk mendapatkannya. Padahal akses air bersih sangat penting untuk dimanfaatkan memenuhi berbagai kebutuhan dalam keluarga.

Untuk bisa memenuhi kebutuhan air bersih di daerah yang jauh dari sumber air, muncullah inovasi berupa pipanisasi agar masyarakat di desa yang kekeringan dan jauh dari mata air, bisa mendapatkannya dengan lebih mudah dan bisa meningkatkan kesejahteraan mereka.

Sebagai negara tropis, Indonesia memang sering dilanda kekeringan di sebagian wilayah, akibat musim kemarau yang cukup panjang. Dampaknya adalah ketersediaan air bersih sebagai kebutuhan primer sering tidak terpenuhi.

Peran teknologi tepat guna untuk pengadaan air diterapkan dengan cara sederhana, yaitu membuat sumur submersible beberapa buah yang berfungsi untuk menampung air untuk dialirkan ke rumah-rumah penduduk.

Dengan teknologi pipanisasi ini, kebutuhan air bersih untuk berbagai keperluan seperti mandi, mencuci, masak, maupun air minum akan dapat terpenuhi dan tidak lagi harus mencari air dalam jarak yang cukup jauh.

Contoh desa yang sudah menerapkan sistem pipanisasi ini adalah Desa Sugih Waras, kecamatan Adimulyo, Bojonegoro Jawa Timur.

Diharapkan cara ini juga bisa menjadi solusi di wilayah lain di Indonesia yang masih dilanda kekeringan dan kesulitan air bersih untuk dialirkan ke masyarakat.

3. Pengolahan Limbah Minyak Goreng

Minyak goreng yang sudah tidak terpakai atau minyak jelantah, ternyata masih bisa didayagunakan, bahkan bisa jadi pendapatan bagi desa. Jauh lebih baik daripada hanya sekedar dibuang dan menjadi polutan untuk tanah dan sungai tempat dibuangnya limbah tersebut.

Pemanfaatan minyak goreng bekas atau jelantah itu adalah untuk campuran solar atau biodiesel, dan digunakan untuk menjalankan mesin diesel statis seperti genset atau pembangkit listrik.

Desa Panggung Harjo, Bantul, Yogyakarta, adalah contoh desa yang berhasil memanfaatkan limbah minyak goreng bekas, sehingga menjadi lebih bernilai dan membantu pemerintah dalam mengatasi emisi gas buang.

Masalah limbah yang dihasilkan terutama dari minyak goreng bekas, makin lama makin menumpuk dan mengganggu. Hal ini beriringan dengan makin besarnya jumlah penduduk di wilayah tersebut.

Karena itu desa Panggung Harjo bekerjasama dengan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes), awalnya untuk menyikapi limbah minyak goreng bekas yang sering dibuang warga ke sungai.

Dari situ muncul ide untuk mengolah limbah minyak jelantah itu sehingga aman bagi lingkungan, dan juga ada peluang lain berupa penghasilan yang dapat meningkatkan perekonomian warga.

Pemikiran ini kemudian direalisasi dengan membuat mesin penyaring jelantah, sehingga limbah minyak goreng bekas ini kemudian dibersihkan dan diolah ulang sehingga kembali bersih, dan bisa dimanfaatkan untuk biodiesel.

Beruntung desa Panggung Harjo mendapat informasi bahwa perusahaan air mineral Danone Aqua sedang berusaha mengurangi emisi gas buang dari mesin blower pembersih galonnya. Kedua pihak kemudian bekerjasama dengan desa Panggung Harjo sebagai pemasok jelantah yang sudah dibersihkan dengan filter untuk dijual ke pihak Danone Aqua.

Dengan cara ini, desa Panggung Harjo, Bantul, Yogyakarta, mendapat tambahan pendapatan yang cukup signifikan, dan mampu memenuhi kebutuhan desa secara mandiri.

Efek positif lainnya dengan berhasil diolah limbah minyak goreng bekas ini menjadi sesuatu yang bernilai, pencemaran air sungai akibat pembuangan minyak jelantah jadi jauh berkurang, dan juga bisa jadi contoh bagi desa lain yang punya masalah serupa.

Bukan hanya menjadi campuran bagi biodiesel, minyak jelantah yang sudah diolah kembali dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan seperti sabun cuci, bahkan untuk tambahan pakan ternak.

Itulah beberapa inovasi yang memanfaatkan teknologi tepat guna yang bisa dimanfaatkan bagi desa untuk maju dan berdaya. Dengan adanya inovasi dan pemanfaatan teknologi yang tepat, efektif, menjadikan desa juga ikut mendukung gerakan pemerintah yang berupaya mengurangi pencemaran dan juga mengadakan program langit biru untuk kualitas udara yang lebih baik di Indonesia.

www.helmykediricom

Related Post