Mewujudukan Desa Digital Dengan Fasilitas Free Wifi dan Poskamling

by

helmy

Blog Orang IT – Sekarang sudah masuk zaman digitalisasi yang bisa menyatukan manusia dari belahan dunia manapun sehingga tidak ada lagi jarak yang mampu membatasi (kecuali di korea utara). Apalagi di era ketika dunia sedang dilanda pandemi Covid-19 seperti sekarang, penggunaan internet sangat masif di masyarakat, untuk terus bisa berkarya, bekerja, dan belajar.

Desa Digital

Kalau dulu untuk menghadiri seminar kita harus rela menyisihkan waktu dan biaya untuk pergi ke lokasi yang bisa jadi di luar kota atau luar negeri, sekarang dengan adanya internet, kita cukup menghadiri pertemuan dengan para pejabat atau klien di luar negeri dari rumah.

Sebagai salah satu elemen yang tak terpisahkan dalam pembangunan bangsa, desa sekarang juga bisa menikmati kemajuan teknologi seluler dan komunikasi yang ada sekarang.

Dampaknya, bahkan kita bisa berkomunikasi dengan kerabat atau teman yang berada di desa, sementara kita berada di kota besar yang jaraknya bisa seharian perjalanan dengan mobil pribadi.

Atas dasar itulah pemerintah beberapa waktu lalu mencanangkan adanya desa digital, yang artinya desa yang sudah tersentuh internet dan internet of things atau hal-hal yang bisa didapat secara online.

Penggunaan sarana wireless fidelity atau Wifi, sekarang sudah bukan lagi barang mewah yang penggunaannya hanya bisa dimanfaatkan oleh orang kota. Bahkan di warung kopi atau warung mi instan sekalipun, pengunjung pasti akan menanyakan ada akses internet lewat wifi atau tidak.

Di sisi lain, keberadaan pos ronda atau poskamling ternyata masih sangat dibutuhkan oleh masyarakat desa, karena fungsinya sekarang makin berkembang. Poskamling tidak hanya bisa dimanfaatkan untuk tempat berkumpul kala harus jaga malam, tapi juga bisa dimanfaatkan sebagai sarana belajar dengan adanya sekolah via online saat ini.

Anak-anak sekolah tidak lagi harus repot beli kuota internet, meski sekarang sudah ada bantuan dari Kemendikbud agar kegiatan belajar tetap berjalan. Namun kalau bisa memanfaatkan internet atau wifi desa, tentunya akan jauh lebih menguntungkan bagi para siswa.

1. Desa Digital

Program ini sesuai dengan rencana yang diungkap Presiden Joko Widodo dalam nawacitanya, yaitu membangun Indonesia dari pinggiran yang berarti membangun negeri dari wilayah pedesaan lebih dulu.

Pembangunan yang dilakukan bukan hanya sekedar fisik seperti membangun jalan, jembatan, dan prasarana irigasi untuk pertanian, melainkan juga memperkecil kesenjangan antara desa dan kota, yang kerapkali terjadi soal kemudahan mengakses informasi.

Karena jumlah desa yang belum tersentuh teknologi informasi masih tinggi, masih banyak pula kesenjangan yang terjadi dalam hal pembangunan dan pemerataan akses teknologi informasi.

Hal itu ditandai dengan masih adanya blankspot atau area yang tidak tercover jaringan seluler, sehingga kesulitan berkomunikasi masih terjadi di beberapa tempat, terutama di wilayah terluar Indonesia.

Dengan adanya revolusi industri 4.0, kemudahan akses internet jadi pekerjaan rumah bagi pemerintah, karena juga berkaitan dengan kemajuan ekonomi desa, sesuai dengan rencana membangun Indonesia dari wilayah pinggir atau desa lebih dulu.

Karena itu program desa digital dicanangkan pemerintah, untuk memberdayakan masyarakat dalam hal teknologi informasi. Selain itu juga untuk memudahkan masyarakat mengakses layanan publik, sehingga potensi desa juga semakin menonjol.

Dengan makin mudahnya akses internet, muncul-lah aplikasi sistem keuangan desa (Siskeudes), sehingga arus keluar masuk dana desa menjadi lebih mudah dipantau, dan transparansi serta akuntabilitas lebih terjamin.

Desa digital diharapkan bisa meningkatkan diri dengan kondisi ini, dan bisa mengeluarkan potensi yang selama ini tersimpan, dan menginformasikannya ke dunia luar dengan memanfaatkan website desa dan aplikasi yang sesuai dengan karakter dan potensi ekonomi di desa.

Sudah banyak kisah sukses desa yang menjadi desa digital dan akhirnya meraih peningkatan di segala sektor, bahkan memberi nilai tambah dengan memanfaatkan teknologi yang makin berkembang.

Pemerintah berharap, dengan masuknya teknologi informasi dengan internet dan akses wifi yang semakin mudah akan menjadikan desa berdaya, dan juga menjawab tantangan di revolusi industri 4.0.

Saat ini memang masih menjadi tantangan untuk mewujudkan desa digital adalah terutama soal biaya. Selain itu faktor sumber daya manusia juga masih jadi kendala, untuk bisa mengelola semua arus informasi yang masuk. Ditambah lagi masih banyak aparatur negara di desa dan perangkatnya, yang masih gaptek atau gagap teknologi, sehingga masih belum melek internet.

2. Pos Kamling

Kehidupan masyarakat desa dengan gotong-royongnya masih sangat terasa dibandingkan di kota besar, sehingga untuk urusan keamanan juga dilakukan bersama, untuk mewujudkan lingkungan yang aman dan tenteram, dan memberi kenyamanan bagi masyarakat dalam beraktivitas.

Karena kebersamaan masih sangat terasa di desa, keberadaan pos kamling masih sangat dibutuhkan, sehingga sarana ini selalu ada di hampir tiap RT, karena di desa wilayahnya masih sangat luas sehingga perlu sarana keamanan yang terjamin.

Dengan memanfaatkan kebersamaan ini, sistem jaga malam dapat dilakukan secara bergantian, dengan jadwal yang biasanya dibuat per kelompok. 

Karena pada umumnya desa masih identik dengan pola kehidupan petani yang selalu sudah tidur bahkan ketika malam baru menjelang, biasanya ronda malam bagi warga hanya berlangsung maksimal sampai sekitar jam 1 malam.

Diatas itu, masyarakat desa mempunyai sistem keamanan di beberapa wilayah disebut Jagawarga. Merekalah yang bertugas meneruskan ronda malam, setelah warga bergantian ikut jaga malam sesuai jadwal yang telah ditentukan.

Istilah siskamling yang selama ini dikenal adalah akronim dari sistem keamanan lingkungan, sehingga pos kamling adalah pos atau tempat yang diperuntukkan bagi kegiatan menjaga keamanan lingkungan.

Menurut Peraturan Kapolri tentang Sistem Keamanan Lingungan, tujuan siskamling adalah untuk menciptakan situasi yang aman, tertib, dan juga tenteram di tiap-tiap lingkungan, dan juga untuk mewujudkan kesadaran masyarakat untuk menanggulangi setiap kemungkinan munculnya gangguan keamanan dan ketertiban masyarakat.

Di beberapa wilayah seperti Yogyakarta misalnya, warga mengumpulkan iuran rutin yang diletakkan di depan pintu pada malam hari, yang diistilahkan sebagai jimpitan. Dengan adanya jimpitan itu, akan sangat efektif memberikan kontribusi sosial, bagi warga yang sedang mengalami musibah.

Jumlahnya tidak besar, hanya sekitar Rp500 sampai Rp1000 per kepala keluarga, sehingga disamping tidak memberatkan, dana itu nantinya juga punya fungsi besar untuk masyarakat sendiri.

Masyarakat juga bisa bersinergi dengan kepolisian di satu wilayah kecamatan atau Polsek, yang nantinya membantu warga di suatu wilayah dalam menjaga lingkungannya tetap aman dan tertib.

Polisi biasanya menurunkan personel yang disebut Bhayangkara Pembina Keamanan dan Ketertiban Masyarakat (Bhabinkamtibmas), yang rutin berpatroli untuk memeriksa kegiatan masyarakat di malam hari, termasuk kegiatan jaga malam atau ronda.

Keberadaan petugas dari kepolisian sangat penting untuk menaikkan semangat warga untuk mengamankan dan menertibkan sendiri wilayahnya, sehingga bersifat lebih mandiri. Bhabinkamtibmas biasanya mengecek kesiapan warga mengamankan kamtibmasnya sendiri, dan ikut berpatroli bersama masyarakat.

Dengan keamanan dan ketertiban yang terjamin, pelaksanaan pembangunan desa termasuk di bidang kemajuan teknologi akan berlangsung dengan baik, dan diharapkan sektor keamanan dan ketertiban yang didukung oleh kepolisian ini mendukung proses pembangunan desa makin sukses.

www,helmykediri,com

Related Post