Penyesalan seorang muslim ketika akan dicabut nyawanya

by

helmy

Inilah penyesalan seorang muslim ketika datangnya sakaratul maut

ﺑِﺴْﻢِ ﺍﻟﻠﻪِ ﺍﻟﺮَّﺣْﻤَﺎﻥِ ﺍﻟﺮَّﺣِﻴْﻢِ
Capture Penyesalan seorang muslim ketika akan dicabut nyawanya
“Di mana pun kalian berada, kematian akan mendapatkan kalian, kendatipun kalian berada di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh”_ (Surat An Nisa’: 78)

ﻛُﻞُّ ﻧَﻔْﺲٍ ﺫَﺍﺋِﻘَﺔُ ﺍﻟْﻤَﻮْﺕِ ۗ ﻭَﺇِﻧَّﻤَﺎ ﺗُﻮَﻓَّﻮْﻥَ ﺃُﺟُﻮﺭَﻛُﻢْ ﻳَﻮْﻡَ ﺍﻟْﻘِﻴَﺎﻣَﺔِ ۖ ﻓَﻤَﻦْ ﺯُﺣْﺰِﺡَ ﻋَﻦِ ﺍﻟﻨَّﺎﺭِ ﻭَﺃُﺩْﺧِﻞَ ﺍﻟْﺠَﻨَّﺔَ ﻓَﻘَﺪْ ﻓَﺎﺯَ 
“Tiap-tiap yang bernyawa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahala kalian. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung.”_ (Surat Ali `Imran: 185).

BEBERAPA KEJADIAN ANEH SAAT SESEORANG AKAN MENINGGAL

1. Sering berbicara yang tidak nyambung dengan apa yang sedang di bicarakan. Dia berbicara tapi tak menyadari apa yang sedang diucapkan.

2. Sering menyebut nama-nama orang atau anggota keluarga yang sudah almarhum, dan sering bercerita kalau dia pernah atau sedang berinteraksi dengan salah satu almarhum tersebut.

3. Selalu mengulang-ulang kata “Kita pulang yuuk,,!” saya ingin segera pulang atau kata-kata sejenisnya, padahal dia sedang berada dirumah.

4. Jika diselimuti selalu membuang atau menyingkirkan kain atau selimut tersebut, dan tanpa perasaan malu secuilpun dia membiarkan auratnya terbuka.

5. Jika kita perhatikan kedua bola matanya terbuka lebar menerawang ke langit-langit seperti sedang menyimak dan memperhatikan sesuatu sangat serius sekali dan terkadang berbicara sendiri seolah-olah ada lawan bicaranya yang luput dari penglihatan kita.

6. Selalu mengarahkan pandangannya ke atas (langit-langit rumah).

7. Sudah mulai tidak mengenal orang-orang disekitarnya, termasuk anak, ibu, bapak maupun suami/istri.

SAKITNYA SAKAROTUL MAUT ORANG KAFIR.

Secara umum Rosulullah saw menjelaskan bahwa saat dicabutnya roh (sakarotul maut) itu sakit, terlebih lagi bagi orang kafir.

 “Alangkah dahsyatnya sekiranya kamu melihat di waktu orang-orang yang zalim (berada) dalam tekanan-tekanan sakaratul maut, sedang para malaikat memukul dengan tangannya (sambil berkata), “Keluarkanlah nyawamu !” Pada hari ini kamu dibalas dengan siksaan yang sangat menghinakan, karena kamu selalu mengatakan terhadap Alloh (perkataan) yang tidak benar dan karena kamu selalu menyombongkan diri terhadap ayat-ayat-Nya”._ (QS. Al- An’am : 93).

 “Kalau sekiranya kamu dapat melihat malaikat-malaikat mencabut nyawa orang-orang yang kafir seraya memukul muka dan belakang mereka serta berkata, “Rasakanlah olehmu siksa neraka yang membakar.” (niscaya kamu akan merasa sangat ngeri)._ (QS. Al-Anfaal : 50).

PENYESALAN SALAH SEORANG SAHABAT.

Dalam sebuah riwayat dijelaskan, Seorang sahabat Rasulullah SAW, Sya’ban ra memiliki kebiasaan unik. Dia datang ke masjid sebelum waktu shalat berjamaah. Ia selalu mengambil posisi di pojok masjid pada setiap shalat berjamaah dan I’tikaf. Rupanya, ia tidak ingin mengganggu atau menghalangi orang lain yang akan melakukan ibadah di masjid. Kebiasaan ini sudah dipahami oleh semua orang bahkan Rasulullah sendiri.

Pada suatu pagi, saat shalat Subuh berjamaah akan dimulai, Rasulullah SAW merasa heran karena tidak mendapati Sya’ban ra pada posisi seperti biasanya. Rasul pun bertanya kepada jamaah yang hadir, apakah ada yang melihat Sya’ban? Tapi, tidak ada seorang pun yang melihat Sya’ban ra.

Shalat Subuh pun sengaja ditunda sejenak, untuk menunggu kehadiran Sya’ban. Namun yang ditunggu belum datang juga. Karena khawatir shalat Subuh kesiangan, Rasulullah pun memutuskan untuk segera melaksanakan shalat Subuh berjamaah. Hingga shalat Subuh selesai pun Sya’ban belum datang juga.

Selesai shalat Subuh Rasul pun bertanya lagi “Apakah ada yang mengetahui kabar Sya’ban?” Namun tidak ada seorang pun yang menjawab.

Rasul pun bertanya lagi “Apa ada yang mengetahui dimana rumah Sya’ban?” Seorang sahabat mengangkat tangan dan mengatakan bahwa dia tahu persis dimana rumah Sya’ban.

Rasulullah sangat khawatir terjadi sesuatu terhadap sahabatnya tersebut, beliau meminta diantarkan ke rumah Sya’ban. Perjalanan dari masjid ke rumah Sya’ban cukup jauh dan membutuhkan waktu lama terlebih mereka menempuh dengan berjalan kaki. Akhirnya, Rasulullah dan para sahabat sampai di rumah Sya’ban pada waktu shalat dhuha (kira-kira 3 jam perjalanan).

Sampai di depan rumah Sya’ban, beliau mengucapkan salam dan keluarlah wanita sambil membalas salam.

“Benarkah ini rumah Sya’ban?” Tanya Rasulullah.

“Ya benar, ini rumah Sya’ban. Saya istrinya.” jawab wanita tersebut.

“Bolekah kami menemui Sya’ban ra, yang tidak hadir shalat Subuh di masjid pagi ini?” ucap Rasul.
Dengan berlinangan air mata, istri Sya’ban ra menjawab “Beliau telah meninggal tadi pagi”

“Innalilahi Wainnailaihiroji’un” jawab semuanya.

Satu-satunya penyebab Sya’ban tidak hadir shalat Subuh di masjid adalah karena ajal menjemputnya.
Beberapa saat kemudian, istri Sya’ban ra bertanya “Ya Rasulullah ada sesuatu yang jadi tanda tanya bagi kami semua, yaitu menjelang kematiannya dia bertetiak tiga kali dengan masing-masing teriakan di sertai satu kalimat. Kami semua tidak paham apa maksudnya”

“Apa saja kalimat yang diucapkannya?” tanya Rasulullah.

“Dimasing-masing teriakannya, dia berucap kalimat ‘Aduh, kenapa tidak lebih jauh, aduh kenapa tidak yang baru, aduh kenapa tidak semua,” jawab istri Sya’ban.

Rasulullah SAW pun melantunkan ayat yang terdapat surah Qaaf ayat 22: _“Sesungguhnya kamu berada dalam keadaan lalai dari (hal) ini, maka Kami singkapkan dari padamu hijab (yang menutupi) matamu, maka penglihatanmu pada hari itu amat tajam”_

“Saat Sya’ban ra dalam keadaan sakaratul maut, perjalanan hidupnya ditayangkan ulang oleh Allah SWT. Bukan hanya itu, semua ganjaran dari perbuatannya diperlihatkan oleh Allah. Apa yang dilihat oleh Sya’ban ra (dan orang yang sakaratul maut) tidak bisa disaksikan yang lain. Dalam pandangannya yang tajam itu Sya’ban ra melihat suatu adegan dimana kesehariannya dia pergi pulang ke masjid untuk shalat berjamah lima waktu. Perjalanan sekitar tiga jam jalan kaki, tentu itu bukan jarak yang dekat. Dalam tayangan itu pula Sya’ban ra diperlihatkan pahala yang diperolehnya dari langkah-langkahnya ke masjid,” ujar Rasulullah.

Dia melihat seperti apa bentuk surga yang dijanjikan sebagai ganjarannya. Saat dia melihat dia berucap *“Aduh, mengapa tidak lebih jauh?”* timbul penyesalan dalam diri Sya’ban ra, *mengapa rumahnya tidak lebih jauh lagi supaya pahala yang didapatkan lebih indah.*

Dalam penggalan kalimat berikutnya Sya’ban ra melihat saat ia akan berangkat sholat berjamaah di musim dingin. Saat ia membuka pintu, berhembuslah angin dingin yang menusuk tulang. Dia masuk ke dalam rumahnya dan mengambil satu baju lagi untuk dipakainya. Dia memakai dua baju, Sya’ban memakai pakaian yang bagus (baru) di dalam dan yang jelek (butut) di luar. 
Dia berpikir jika kena debu tentu yang kena hanyalah baju yang luar dan sampai di masjid dia bisa membuka baju luar dan shalat dengan baju yang lebih bagus. Ketika dalam perjalanan menuju masjid dia menemukan seseorang yang terbaring yang kedinginan dalam kondisi mengenaskan. Sya’ban pun iba dan segera membukakan baju yang paling luar lalu dipakaikan kepada orang tersebut kemudian dia memapahnya ke masjid agar dapat melakukan shalat Subuh bersama-sama. 
Orang itupun selamat dari mati kedinginan dan bahkan sempat melakukan shalat berjamaah. Sya’ban ra pun kemudian melihat indahnya surga yang sebagai balasan memakaikan baju bututnya kepada orang tersebut. Kemudian dia berteriak lagi *“Aduh!! Kenapa tidak yang baru?”* timbul lagi penyesalan dibenak Sya’ban ra. *Jika dengan baju butut saja bisa mengantarkannya mendapat pahala besar, sudah tentu dia akan mendapatkan yang lebih besar jika dia memberikan pakaian yang baru.*

Berikutnya, Sya’ban ra melihat lagi suatu adegan. Saat dia hendak sarapan dengan roti yang dimakan dengan cara mencelupkan dulu ke dalam segelas susu. Ketika baru saja ingin memulai sarapan, muncullah pengemis di depan pintu yang meminta sedikit roti karena sudah tiga hari perutnya tidak di isi makanan. 
Melihat hal itu, Sya’ban ra merasa iba. Ia kemudian membagi dua roti tersebut dengan ukuran sama besar dan membagi dua susu ke dalam gelas dengan ukuran yang sama rata, kemudan mereka makan bersama-sama. Allah SWT kemudain memperlihatkan Sya’ban ra dengan surga yang indah. Ketika melihat itupun Sya’ban ra teriak lagi *“Aduh, kenapa tidak semua?”
* Sya’ban ra kembali menyesal. *Seandainya dia memberikan semua roti itu kepada pengemis tersebut, pasti dia akan mendapat surga yg lebih indah.*

Masya Allah, Sya’ban bukan menyesali perbuatan dosanya melainkan menyesali mengapa tidak optimal dalam melakukan kebaikan.

Sesungguhnya pada suatu saat nanti, kita semua akan mengalami hal itu. Akan ditampakkan apa yg telah kita lakukan. Semua akan menyesal dan tentu berbeda apa yang disesalkan. Bahkan ada yang menyesal dan meminta untuk ditunda kematiannya, karena *pada saat itu barulah terlihat dengan jelas konsekuensi dari semua perbuatannya di dunia. 

Mereka meminta untuk ditunda sesaat karena ingin berbenah diri.* Sebagaimana dijelaskan Allah:
ﺭَﺏِّ ﻟَﻮْﻟَﺎ ﺃَﺧَّﺮْﺗَﻨِﻲ ﺇِﻟَﻰٰ ﺃَﺟَﻞٍ ﻗَﺮِﻳﺐٍ ﻓَﺄَﺻَّﺪَّﻕَ ﻭَﺃَﻛُﻦْ ﻣِﻦَ ﺍﻟﺼَّﺎﻟِﺤِﻴﻦَ
“Ya Robb-ku, mengapa Engkau tidak menangguhkan (kematian)ku sampai waktu yang dekat, yang menyebabkan aku dapat bersedekah dan aku termasuk orang-orang yang saleh?” (QS 63 al-Muna_fiqu_n: 10.)

Namun kematian akan datang pada waktunya, tidak dapat dimajukan dan tidak pula dapat diakhirkan. Itulah sebabnya jauh hari Allah mengingatkan:

ﻭَﺳَﺎﺭِﻋُﻮﺍ ﺇِﻟَﻰ ﻣَﻐْﻔِﺮَﺓٍ ﻣِﻦْ ﺭَﺑِّﻜُﻢْ ﻭَﺟَﻨَّﺔٍ ﻋَﺮْﺿُﻬَﺎ ﺍﻟﺴَّﻤَﺎﻭَﺍﺕُ ﻭَﺍﻟْﺄَﺭْﺽُ ﺃُﻋِﺪَّﺕْ ﻟِﻠْﻤُﺘَّﻘِﻴﻦَ
“Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu & kepada Surga yang luasnya seluas langit & bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa.”_ (QS.Ali Imron:133).

Allah Yang Maha Penyayang hanya mengingatkan dua hal:

*1. Segera bertaubat dari kesalahan.
*2. Segera melakukan amal sholih yang akan memasukkan ke surga.

Ya Tuhan kami, terimalah amalan kami sesungguhnya Engkau Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui, dan terimalah taubat kami, sesungguhnya Engkau Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.

Related Post